-->
    |

Mengintip Tradisi "Mahodo Safar" di Ternate



Ternate - Setelah sekian lama hilang ditelan zaman, tradisi Mandi Safar atau dalam sebutan lokal 'Mahodo Safar' kembali digalakkan. Berlokasi di pesisir pantai Kelurahan Dufa-Dufa, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Rabu (7/11/2018), acara 'Mahodo Safar se Robo-Robo' digelar.

Pantauan reportmalut.co, di lokasi acara, ratusan warga Ternate terlihat antusias. Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Mereka berupaya mengambil air yang tersedia di guci berukuran besar sebanyak 4 buah, untuk menyirami diri.


Ketua Panitia ritual Mahodo Safar, Sofyan Momole mengatakan, ritual ini diperingati setiap tahun. Hanya saja, dalam peringatannya, terdiri dari pribadi dan keluarga. "Kami atas nama panitia dari Majelis Keluarga Malamo Tarnate berinisiatif melakukan pada tanggal 29 Safar, tahun 1440 Hijriyah kali ini dan dilakukan bersama warga," jelas Sofyan.

Menurut Sofyan, tujuan digelarnya tradisi ini agar tidak hilang ditelan zaman. Ia berharap ke depan ritual Mahodo Safar akan dilakukan di setiap kelurahan di Kota Ternate. "Insya Allah, ke depan kami dari KARAMAT akan melaksanakan kegiatan ini di setiap kelurahan yang ada di Kota Ternate," jelas dia.

Sementara, Lurah Dufa-dufa, Sarjudin S Rajab mengatakan, tujuan dari kegiatan ini agar kita terhindar dari marahabaya dan sekaligus membersihkan diri. "Sebagaimana kita ketahui, Mahodo Safar ini telah hilang, namun atas insiatif dari Keluarga Malamo Ternate, tradisi ini kembali berlanjut. Harapannya tradisi ini di tahun tahun-tahun mendatang, dapat kembali di laksankan kegiatan ini.


Kapolres Ternate yang turut hadir dalam kegiatan Mahodo Safar juga mengungkapakan bahwa ini merupakan kesempatan bagi dirinya, untuk bertatap muka dengan masyarakat Dufa-dufa. Dalam kesempatan itu, Kapolres banyak berpesan tentang ajaran-ajaran moral para leluhur di Ternate yang wajib dijaga.

"Terkait acara ini, saya berharap kita semua harus menjaga keamanan dan situasi yang aman, tentram dan nyaman. Tentu ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh kami. Jadi harus ada peran dari masyarakat Dufa-Dufa," ujar dia.

Menurut dia, ritual ini tak harus dipandang sekadar ritual semata. Tapi patut dipikirkan lebih jauh. "Kita harus maknai kegiatan ini lebih dalam lagi. Karena jiwanya bukan di kegiatannya, tapi memaknai dari kebersihan diri kita. Kalau jiwa kita bersih, tingkah laku bersih, di mana-mana orang akan nyaman dengan kita," ujar mantan Kapolres Tidore ini. 

Ia berharap, tradisi ini tidak boleh hilang. Sebab ada pesan-pesan leluhur yang terkandung di dalam. "Karena pemikiran para leluhur kita lebih jauh ke depan. Itu berdasarkan pengalaman hidup mereka. Jadi disamping melestarikan tradisi, petuah-petuah dari leluhur kita, patut diimplementasikan ke dalam kehidupan kita sehari-hari," tutur dia.(*)
Komentar

Berita Terkini