Oleh : Faisal Yamin
Timur adalah surganya parawisata. Mungkin itu kata yang tepat dalam menggambarkan potensi wilayah timur. Gugusan pulau, hamparan pantai nan indah, laut kebiru-biruan dan potensi bawah laut merupakan emasnya para wisatawan.
Perkembangan parawisatapun tak main-main, promosi lokal sampai internasional digalakan demi menggenjot sektor ini menjadi keunggulan daerah sekaligus sumber pendapatan bagi daerah dan masyarakat.
Sudah tidak terhitung berapa kali evet besar yang dilakukan, khususnya maluku utara. Dimulai dari sail Morotai dan yang paling baru festival tanjung waka. Tujuannya sama, promosi dan membangun ekonomi lokal ke kanca nasional dan international.
Salah satu daerah yang paling dekat dijangkau dengan biaya murah dan sudah turun temurun menjadi favorit wisatawan lokal dan mancanegara adalah kota Ternate. Wisata sejarah adalah bagian utama dari promosi. Kota yang menjadi bagian sejarah penjajahan Belanda ini punya segudang keunggulan.
Dari peninggalan sejarah sampai pantai yang eksotis. Bisa kita sebut, benteng kalamata, benteng toloko, Pantai Sulamadaha, Jiko Malamo, Danau tolire besar, Tolire kecil dll.
Perubahan-perubahan pun terasa. Jika beberapa tahun silam tempat parawisata itu belum tertata dengan baik, sekarang justru semakin baik. Bagian terpenting dari semua ini adalah pertumbuhan ekonomi lokal masyarakat setempat.
Saya dan kita semua pastinya tidak asing lagi dengan semua destinasi parawisata di Kota Ternate. Kali ini saya pun kembali menjajalnya, walaupun sudah sering menjajal tempat-tempat ini akan tetapi belakangan tidak sama sekali. Setidaknya kali ini saya ingin benar-benar melepas kepenatan rutinitas yang menekan. Yang hampir merusak saraf motorik akibat tekanan profesi.
Pukul 01: 00 Wit saya berangkat, tujuan kali ini adalah tolire kecil. Sebuah destinasi wisata yang sudah jarang dikunjungi.
Cuaca hari ini kurang bersahabat, mendung pertanda hujan. Belum lagi prakiraan cuaca yang di rilis oleh BMKG secara kontinyu. Tidak sesikitpun menyurutkan niat, perjalan tetap dimulai.
[cut]
Pantai wisata Tolire Kecil merupakan salah satu destinasi wisata di Kota Ternate yang banyak di minati selain pantai Jiko Malamo, Sulamadaha, Tobololo juga tolire besar.
Tempat wisata Tolire Kecil terletak di lereng gunung Gamalama tepatnya di kelurahan Takome. Jaraknya yang dekat dengan jalan raya, juga di pesisir pantai membuat tolire kecil sangatlah strategis sebab tak menyulitkan pengunjung saat datang ke tempat itu.
Selain strategis menurut saya, tolire kecil merupakan spot wisata yang menarik untuk di kunjungi, air yang tenang juga ada pepohonan yang memenuhi sisi kiri danau membuat suasana di lokasi sekitar Tolire Kecil terlihat sangat menarik.
***
Hari ini, langit tak seperti biasanya. Terlihat ada gumpalan awan hitam yang bergerak pelan - pelan, sesekali menutupi sinar matahari. Hembusan angin yang sangat kencang menerpa menemani perjalanan. Sesekali dedaunan berterbangan tak beraturan mengikuti arah angin.
Selam berapa jam, saya sampai. Birunya air danau tolire menepis segala keresahan tentang risau yang sedari tadi menghantui perjalanan. Kalau-kalau hujan membuyar anganku untuk bersantai. Hari ini, aku masih bisa bersantai dan menyeruput kopi tempat langgananku.
Situasi dan kondisi laut agak sedikit tak bersahabat, buih-buih riuh menciptakan ombak yang sesekali menghantam pinggiran pantai. Memecah pesisir, menciptakan gemuruh riuh ditelinga.
Walaupun cuaca laut tidak bersahabat, Danau tolire kecil terlihat tak sepi pengunjung. Ramai riuh anak-anak berlarian, bermain-main dengan halusnya pasir. Diseberang sana banyak yang berselfi ria, adapula pasangan muda-mudi memadu asmara sembari meluapkan kata-kata mutiara. Tegukan kopi, asap rokok dan tawa bahagia terdengar enak ditelinga. Dan adapula yang khusus datang berburu Sunset yang begitu sempurna dari tempat ini.
Sebagai destinasi wisata yang konon tercipta secara mistik, Tolire Kecil adalah bagian indah melepas lelah. Merajut kasih, mempererat kekeluargaan dan mengejar sunset.
Sekejap itupulah, kekaguman atas perkembangan tempat wisata ini begitu kuat. Terakhir kunjungan kesini, masih belum banyak lapak-lapak kecil yang menjajakan dagangan khasnya. Pisang goreng, kelapa muda, kopi dan makanan khas lainya.
Sekarang, telah berderet lapak-lapak dengan aneka menu, persoalan harga masih bisa dijangkau oleh kantong. Manfaat dari parawisata Tolire Kecil mampu menopang pendapatan warga.
Saya memutuskan mengambil sebuah tempat di sudut, memesan sebuah kopi dan pisang goreng renyah setelah agak sedikit lelah berjalan-jalan di danaunya.
Angan-angan mulai berkeliaran, damai datang tanpa rencana, pikiran menatap kedepan. Tajam.
Sebelum terbuyar karena getaran Handpone. Pesan berbau kerjaan. Ah..kali ini akan kuabaikan.
.....
[cut]
Kembali liar pikiran ini mengudara dan tanpa sengaja mata ini memandang dari ketinggian. Ada yang berubah pikirku. Sejauh mata memandang, pemisah danau tolire kecil dengan bibir pantai tak lebih dari 2 meter. Abrasi kah? Pikirku dengan tanda tanya mendalam.
Tegukan kopi secepat kilat ku sruput, didepanku pemandangan indah ini aku tinggalkan sejenak. Pikiranku terganggu oleh pandangan mata ini.
Bergegas aku menepi ke tebing, nampak dari kejauhan terasa janggal. Barisan lekukan ombak mulai merambat mengkikis pasir pemisah danau dan laut.
Tanpa pikir panjang, langkah kaki dan mata liar menemukan arahnya, di pojok kiri tempat wisata tolire kecil ini, lokasinya terlihat semakin bergerak mengecil ke arah jalan karena terkikis gempuran ombak. Saya ingat betul dua tahun lalu ketika saya berkunjung di tempat ini. Masi ada banyak bangku dan meja juga beberapa ratusan pohon jamblang (jambulang) sebagai peneduh.
Saya juga masi ingat betul tempat dulu kami nongkrong dekat pohon jamblang yang batangnya agak miring ke laut, kini tak terlihat lagi.
Semakin penasaran akan hal itu, saya lebih dekat dan mepercepat langkah untuk memastikan bahwa ternyata tempat yang dua tahun lalu itu sudah mengalami abrasi.
Bahkan suda tiga jejeran (sekat) tempat nongkrong para pengunjung sudah raib dari pandangan.
Padahal sebelumnya tempat itu masih memanjang membentuk sedikit tanjung. Tak heran dulu banyak pengunjung yang memilik untuk nongkrong di tempat tersebut.
[cut]
Miris tentu saja, tempat wisata ini hanya menunggu waktu kematiannya sebelum benar-benar amblas dan menyatu dengan laut bila tidak ada penanganan secara serius.
Sangat di sayangkan tolire kecil yang telah lama menjadi destinasi wisata untuk warga lokal dan mancanegara bernasib seperti ini, seperti melihat tubuh yang sehat namun hancur dari dalam.
Kondisi ini sebenarnya sudah disadari oleh warga dan pengunjung.
Salah satu penjual yang diajak ngobrol Penjual membenarkan bahwa kondisi ini sudah tiga lapak (sekat) tempat duduk milik nya termakan ombak.
"Betul, air so ambel, apalagi kalo musim omba deng air nae. Itu tebing dia longsor kong bawa torang pe tampa dudu itu"
Dia juga mengatakan, sampai saat ini belum ada langkah dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. "Longsor so tambah kadara, tapi dari pemerintah belum buat langkah antisipasi untuk cegah longsor itu" (Abrasi makin kedarat, tapi pemerintah belum ada langkah antisipasi untuk cegah terjadinya abrasi tersebut)
Pandangan Wati (17) salah satu pengunjung hari itu juga hampir sama bahwa Tolire Kecil sebagai tempat yang baik untuk bersantai baik bersama keluarga dan teman-teman. Selain bersantai juga tempat terbaik buat weekend.
"Disini tempat yang baik buat melepas letih, terlebih bagi para pekerja juga mahasiswa yang selesai menjalankan rutinitas. Apalagi mahasiswa yang selepas UAS, jadi sangat di sayangkan jika dibiarkan" katanya.
[cut]
Wati juga menyarankan "agar pemerintah harus menanggapinya, sebab jika dibiakan tidak hanya spot wisata yang rusak melainkan para ibu rumah tangga juga akan kehilangan tempat jualan mereka yang sehari-hari telah di tekuninya".
Dunia orang yang diajak ngobrol ini merupakan sedikit representasi dari kenyataan yang dihadapi oleh sebagaian masyarakat.
Terlebih, beberapa tebing tempat santai para pengunjung juga mulai terkikis, dan suatu waktu bisa saja longsor dan memakan korban.
Bagi saya sendiri, abrasi ini tidak mungkin tidak berakar. Maraknya pembangunan reklamasi pantai di perkotaan yang gila-gilaan oleh pemerintah justru berimbas pada kawasan sekitar. Utamanya daerah yang berada di belakang kota.
Kondisi abrasi ini tidak hanya merugikan lokasi parawisata, akan tetapi juga berimbas kepada masyarakat yang hidup dekat dengan pesisir. Sewaktu-waktu akan terjadi hal yang tidak diinginkan.
Dalam dunia parawisata sendiri, abrasi ini akan merusak ekologi dasar laut. Terumbu-terumbuh karang menjadi rusak, pasir-pasir terkikis secara kontinyu, bahkan dalam kasus ekstrim akan hilang dan menjadi cerita ditelinga-telinga anak cucu.
Mereka mungkin mengetahui nama-nama lokasi tersebut, tapi tidak mampu lagi menikmati seperti apa yang kita rasakan hari ini.
Harapan tentu saja ada, sebagai aset penting daerah perhatian perlu dilakukan secara serius. Jika selama ini pemerintah gencar memainkan strategi promosi, dan seringkali melakukan event besar, maka pemerintah, kita semua dan siapapun itu patut memikirkan langkah antisipatif dan mengambil tindakan agar persoalan abrasi tidak akan menghilangkan kebanggan daerah. Imha
Savebumi,saveparawisata.