TERNATE - Aliansi Gerakan Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah kembali menggelar aksi di depan kampus A (30/10). Aksi protes ini
merupakan aksi lanjutan setelah aksi pertama pada (29/10) kemarin.
Ratusan mahasiswa Muhammadiyah yang melakukan aksi demonstrasi melibatkan seluruh Fakultas dengan tuntutan agar mahasiswa yang kena skorsing di cabut. Aksi ini juga dilakukan dengan memboikot seluruh proses belajar mengajar Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
Demonstrasi ini warnai dengan menurunkan
bendera merah putih menjadi setengah tiang oleh satu mahasiswa Fakultas Teknik.
Penurunan ini dilakukan sebagai tanda kampus dalam kondisi buruk dan darurat.
Dari pantauan reportmalut.com, demonstrasi yang
dilakukan oleh Aliansi Gerakan Mahasiswa kedua ini cukup ekstrim. Dimana terjadi
pembakaran spanduk dan baliho kampus, memecahkan kaca-kaca kampus, dan
ketegangan memuncak ketika terjadi adu jotos antar dosen dan mahasiswa
menggunakan tangan maupun kayu. Pihak keamanan cukup kewalahan memukul mundur
massa aksi yang naik pitam karena mahasiswa merasa pihak keamanan kampus
terkesan mengamankan dengan cara anarkis.
Suasana anarkis ini terjadi ketika tuntutan mahasiswa pada hari kedua tidak di akomodir koleh pihak Universitas. Apalagi pada demosntrasi pertama, pihak rektorat berjanji bahwa Rektor akan hadir ditengah-tengah massa karena sedang berada di luar daerah tidak benar-benar terbukti. Merasa di bohongi, mahasiswapun meluapkan emosinya dengan melakukan aksi anarkis.
Dalam demonstrasi kedua ini, mahasiswa menekankan kepada pihak universitas
agar mencabut rekomendasi skorsing yang di layangkan oleh Komisi Disiplin
Mahasiswa(Komdis). Menurut mereka, pemberian skorsing tidak sesuai dengan
aturan serta prosedur yang jelas, karena surat tersebut di keluarkan sepihak
tanpa membangun koordinasi dan komunikasi dari tingkatan Rektor serta
fungsionaris lainnya, sehingga hal ini tidak logis dan cenderung berbau politis.
Salah satu orator dalam orasinya mempertanyakan organsisasi yang tidak memberikan kontribusi terhadap perkembangan universtitas. Menurutnya organisasi seperti IMM bukanlah organisasi yang bisa menopang akreditas Fakultas maupun Universitas, tetapi bisa di ijinkan untuk membuat berbagai kegiatan, sedangkan mereka sebagai organisasi internal di universitas sering melakukan kegiatan demi melengkapi akreditas justru termarginalkan.
Aksi demonstrasi semakin mencekam ketika salah
seorang demonstran yang sebelumnya dihadiahi bogem mentah oleh salah satu oknum
dosen menggamuk dengan memegang senjata tajam (parang) di halaman rektorat. Kondisi
ini membuat mahasiswa menjadi ketakutan.
Menurut Mirjan kepada wartwan “bahwa apa yang dia lakukan hanya untuk mencari oknum dosen yang memukulnya” dia pun berpesan kepada mahasiswa untuk tidak menghalangi aksinya.
Selain tuntutan menarik kembali surat rekomendasi skorsing, Aliansi Gerakan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah juga menuntut agar Warek III Universitas Muhammadiyah turun dari jabatannya dan meminta kepada pihak universitas agar memecat dosen yang mencalonkan diri menjadi anggota DPR.
Menanggapi aksi demonstrasi ini, Warek III tidak
memberikan sedikitpun komentar. Hingga berita ini diturunkan, mahasiswa masih
terus melakukan demonstrasi sampai tuntutan mereka diakomodir sembari menunggu kehadiran Rektor yang akan tiba pada
hari ini. Dan, jika Rektor belum juga hadir aksi demontrasi akan terus
dilakukan esok harinya. (ks)