-->
    |

Niat Jual Cengkih, Kakek Ini Harus Menjemur Kembali Cengkihnya di Depan Toko

Gambar Ilustrasi
SANANA-Seorang kakek harus menjemur kembali cengkihnya di depan toko setelah bersusah payah menuju Kecamatan Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula.

Kakek asal Desa Wainib, Kecamatan Sulabesi Selatan berumur kurang lebih (60) tahun yang enggan mempublikasikan namanya ini, saat ditemui Reportmalut.com, Rabu (18/09) menuturkan, dirinya cepat-cepat menjual cengkih karena anaknya sedang membutuhkan uang untuk membayar biaya Kuliah Kerja Lingkungan (KKLI).

Tanpa memeriksa kualitas cengkih, dirinya langsung menuju toko yang berada di Kecamatan Sanana untuk menjual hasil panennya. Namun, niat tulus demi memenuhi kebutuhan anaknya terpaksa terhenti karena cengkihnya lembek (basah) dan mengharuskan dirinya menjemur kembali cengkihnya depan toko.

"Iya, saya harus jemur cengkih sampai kering dulu baru bisa timbang. Karena kalau masih lembek (basah) akan terjadi pemotongan sosoknya, " timpalnya.

Lelaki parubaya itu juga menuturkan bahwa ada biaya angkut cengkih dengan menggunakan mobil dari Desa Wainib. Dimana, terjadi pemotongan tiket barang 1 kilogram dari hasil penjualan sebesar Rp 1000 dan untuk tiket perorangan sebesar Rp 25 ribu.

Selain itu, Pemilik toko saat dikonfirmasi menjelaskan hal serupa bahwa, mereka membeli cengkih saat ini dengan harga Rp 69 ribu. Akan tetapi, mereka harus memastikan kualitas cengkih apa sudah kering atau belum.

Jika dipaksakan untuk ditimbang, maka akan terjadi pemotongan sosok cengkih beberapa persen dari penjualan tersebut.
"Kami langsung bisa membeli tapi nanti terjadi pemotongan. Terkadang ada sebagian masyarakat yang mengeluh kenapa pemotongannya terlalu besar. Nah justru itu, lebih baik kami suruh mereka jemur supaya tidak ada pemotongan, " pintanya.

Sementara dalam pantauan Reportmalut.com di dua lokasi yang berbeda pedagang besar membeli cengkih saat ini dengan pasaran harga Rp.69 ribu/ 1kg. Artinya belum terjadi peningkatan harga beberapa bulan terakhir.

Menurut Kandidat Magister Agribisnis, Instut Pertanian Bogor (IPB) Fauji Yamin SE, turunnya harga cengkih disebabkan karena faktor kelebihan penawaran dan kekurangan permintaan.

Artinya di saat panen raya jumlah produksi cengkih meningkat bahkan hampir setiap daerah memiliki lonjakan produksi. Dan di saat yang bersamaan justru permintaan sangat rendah dari para buyer. Sehingga disitulah letak kenapa harga cengkih turun. Itu mekanisme pasar.

"Fenomena ini akan terus terjadi hingga 3 bulan kedepan. Artinya petani masih menerima harga diantara 50-70 ribu/kg, " jelasnya.

Selain itu, Fenomena kedua adalah mekanisme pasar yang terjadi di setiap daerah yang cenderung berbeda-beda. Dimana peran sangat penting dimainkan oleh pedagang besar. "Mereka ini merupakan pelaku price maker utama sehingga petani hanya menjadi price maker. Artinya kondisi pasar tidak memungkinkan bagi petani menjadi penentu harga. Tidak ada proses tawar menawar yang terjadi di pasar" ujarnya

Selanjutnya kata kandidat magister ini, faktor yang berikut ialah adanya perang anti rokok kretek. Seperti diketahui serapan komoditas cengkih terbesar ialah industri kretek. Dengan diberlakukannya kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen maka serapan industri terhadap cengkih juga akan rendah sekitar 40 persen. Hal ini juga akan berdampak pada daya beli baik pedagang maupun masyarakat.

Saat ditanya peran apa yang perlu dilakukan pemerintah, dirinya membeberkan beberapa saran. Yang pertama, pemerintah perlu memperbaiki sarana dan prasarana penunjang seperti akses jalan. "Faktor sangat penting ialah ketersediaan sarana prasarana sebagai bagian dari memperkecil biaya distribusi" ungkapnya

Yang kedua, perbaikan di sentra hulu hingga hilir. Yang paling penting ialah edukasi pasca panen. Sehingga kejadian seperti yang dialami oleh kakek diatas tidak terulang kembali. Perbaikan di sistem pasca panen memungkinkan agar kualitas panen menjadi berkualitas.

Selanjutnya menurut Fauji, pemerintah perlu membuka akses pasar langsung ke pasar internasional khusunya pembentukan lembaga petani agar mampu bersaing dalam penentuan harga serta meningkatkan nilai tambah dengan mengolah cengkih menjadi minyak asri.

"Hal paling penting ialah pemerintah daerah mampu mengintervensi pasar agar tidak terjadi kolusi dan monopoli pasar lewat kebijakan-kebijakan yang pro petani", (KS).
Komentar

Berita Terkini