-->
    |


NENEK MOYANG KAMI SEORANG PELAUT

 

NENEK MOYANG KAMI SEORANG PELAUT

Oleh : Ngadi Nugroho

Di laut jiwa ini bermain deru. Dihantam angin layar tak goyah berkibar, melukis biru laut-Mu. Biar batu karang terkikis ombak. Dada penuh peluh tak kan koyak. Lihatlah dayung kami memecah jalur kehidupan. Di rumah kedatangan kami ditunggu handai taulan.

Percikan ombak sampai ke relung. Relung dada kami yang terdalam. Menghanyutkan doa-doa menuju ke tanah surga. Tempat kami mencari ikan dan pulang penuh keberkahan. Itulah surga kami. Surga, di lautan.

Kaliwungu, 2022

TANAH KAMI

/1/

Ingin kubercerita tentang tanah kami. Tanah yang subur dengan hijau daun-daun. Di sini mata kami melihat bening. Wajah-wajah bocah mengail ikan bermain dengan belalang. Senyum itu entah bisa terbersit sampai kapan. Sedang pembangunan mulai tak kenal paru-paru kotanya. Menghimpit sesak dada ini dengan gedung-gedung tinggi. Asap knalpot merasuk mencengkeram dengan kejalangan. Napas tinggal separuh, tapi masih pun tertikam-tikam. Tak bisa kami pungkiri,bagaimana memilah sesuatu masuk ke hidung ini.

/2/

Mungkin sungai hanya tinggal beberapa saja. Yang bening arusnya. Melenggang ikan-ikan di antara bebatuan. Sedangkan lainnya, hanyalah sekumpulan ranting-ranting kering tersumpal di hilir tak sampai ke muara, mengering hampir-hampir seperti tanah daratan. Ada gelisah mulai membatu. Tak bisa berkata apa-apa. Selain menanam bunga dan buah mangga di beranda.

Semarang, 2022

HIDAYAH

Di nadi ini ada getaran. Seperti orang rindu atau tengah jatuh cinta. Akupun tertegun pada cahaya. Menyala kecil, hanya setitik di mataku. Namun cahaya itu sampai ke jantung, merobek—luka. Seperti peluru melesat tajam. Tak sempat kumenghindarinya

Tiba-tiba kutersungkur. Memegang dadaku tanpa lubang. Tapi mengapa ada darah yang rembes di kantung baju. Netes di sajadahku. Aku membiarkannya menjadi samudra tak terukur. Tak terukur batasnya menjelma noda-noda dosa. Aku terdiam—tenggelam. Di atas sajadah kegelisahan.

Semarang, 2022

 

Biodata:

Ngadi Nugroho, lahir di Semarang, 28 Juni ’78.

Menulis sajak menjadi suatu aktifitas menggugah ruang kesadaran yang menyenangkan. Sajaknya masuk dalam beberapa antologi ( Pujangga Facebook Indonesia, Progo7, Dunia: Penyair Mencatat Ingatan, Lampion Merah Dadu dll ) beberapa pula masuk di media online (Umakalada News, Litera.co.id, Suara Krajan.com, Mbludus.com, Kepul, Riausastra, Pronusantara, Negerikertas, Media Indonesia, Majalah Elipsis, Majalah Sastra Santarang, Sumenep news, Potretonline dll)

 

Komentar

Berita Terkini