-->
    |


Arus Politik 2024 dan Permainan Opini Publik

 


Oleh : 

Jisman Leko 

Presiden BEM STAI Babussalam Sula 

Pemahaman politik di tanah air sudah tidak lagi kita ragukan secara teoritis maupun praktek. Dalam prosesnya, dapat ditemukan di ruang-ruang akademik maupun di ruang publik, sampai pada kalangan masyarakat sehingga pemahaman politik sudah bisa diukur seberapa jauh arus ini akan mengalir di 2024 mendatang.

Di ruang akademik, para cendikia tentu sedang mendiskusikan bahkan ada yg sedang meriset bagaimana setting agenda politik 2024 di atas altar pemilihan umum dan Pemilihan Kepala Daerah. Sehingga berbagai kritikan dan masukan yang baik tentu akan hadir sebagai kekuatan untuk menyusun masa depan bangsa yang lebih baik. Di sisi lain, ada yang memberikan kritikan yang sangat tajam pada penyelenggaraan agenda politik ke depan, kritik yang masuk bukan semata-mata tidak menyetujui agenda politik di laksanakan, namun kritik itu tentu sebagai penyuplai energi pembangunan bangsa ke depan sebab bangsa ini di bangun dengan pertengkaran pikiran bukan dengan sentimen.

Dengan demikian, untuk saling ingat mengingatkan antara sesama, agar kita tidak lupa apa itu politik, penulis mencoba menjelaskan secara singkat bahwa dari segi bahasa, Politik berasal dari bahasa Yunani “Polis”, yang berarti kota atau negara. Kemudian arti itu berkembang menjadi “Polites”, yang berarti warga negara, “Politeia”, semua yang berhubungan dengan negara, “Politika”: pemerintahan negara, politikos kewarganegaraan.

Sederhananya politik adalah usaha warga negara untuk wujudkan suatu kebaikan secara bersama yang di atur secara sistematis Oleh warga negara dalam sistem pemerintahan.

Arus politik 2024 dan permainan Opini publik semakin cepat, memberikan penanda kepada kita bahwa ruang politik kita seutuhnya tidak lepas dari peran media dalam memproduksi informasi, seperti pengalaman yang menunjukkan bahwa polarisasi politik secara horizontal yang dimainkan elite politik pada pemilu tahun 2019 kemarin.

Polarisasi itu kemudian memicu konflik yang merembet masuk dan mempengaruhi dinamika sosial yang sering kita alami secara bersama. ini menjadi pelajaran berharga untuk lebih berhati-hati dalam permainan elite politik yang mampu meracuni daya kritis  manusia-manusia yang sadar.

Hal ini benar! Kenapa tidak? Seperti apa yg di katakan Thomas Hobbes bahwa Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya "Homo Homini lupus", yang berarti bahwa manusia makin kejam bahkan saling menerkam, memangsa satu dengan yang lain di kalangan elite politik  sudah menjadi hal yang lumrah, namun apakah hal ini akan tidak berdampak dikalangan masyarakat kelas bawah ? 

Sudah barang tentu akan berdampak. Sebab perkembangan  informasi yang begitu cepat menyebabkan masyarakat pada umumnya akan mengkonsumsi segala bentuk dinamika dan problem yang terjadi di kalangan elite politik, Sehingga mampu merangsang masyarakat sebagai pegiat media sosial pada akhirnya mampu menggunakan interpretasi politik sesuai dinamika yang terus di produksi oleh media massa hal demikian maka rusaklah status politik yang sebenarnya.

Yang menjadi harapan besar elite masyarakat yakni sudah harus Arif dalam merespon politik. Tahun 2024 menjadi tahun penentuan masa depan rakyat untuk menentukan pemimpin melalui pesta rakyat mulai dari presiden, gubernur, kepala daerah, sampai pada wakil rakyat pengalaman menjadi satu barometer untuk melihat dan menentukan mana yang terbaik.

Opini Publik

Opini Publik adalah ungkapan keyakinan yang menjadi pegangan bersama diantara para anggota sebuah kelompok atau public, mengenai suatu masalah controversial yang menyangkut kepentingan umum.

Teori politik menaruh perhatian pada watak manusia atau dengan kata lain tindakan bebas atau sukarela sehingga dinamika politik secara nasional sampai pada dinamikan di tingkat daerah mulai terlihat secara terang-terangan memainkan perannya dengan berbagai macam strategi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Kenapa tidak, kini mulai terlihat aktor politik jurkam dan tim sukses sudah pada saling sapa menyapa, bersilaturahmi dengan keluarga, sahabat, kerabat melakukan Acara-acara seremonial  kegiatan-kegiatan lain yang mampu menarik perhatian masyarakat.

Narasi ini bukan semena-mena menjustifikasi sebab soal silaturahmi, dan melakukan kegiatan seremonial Dengan tujuan mempererat tali silaturahmi namun, ini sebagian dari pengaruh situasi dan kondisi  yang meresahkan kemudian menjadi pertanyaan "dimana para aktor politik dari eksekutif dan legislatif dan tim sukses sebelum mendekati momentum pesta demokrasi?, dimana rasa peduli itu sebelum momentum pesta demokrasi dari tahun 2019-2022 tiga tahun berlalu rakyat seperti anak ayam kehilangan induknya.

Namun hal sedemikian sudah menjadi kebiasaan sebab hal ini bukan lagi hal yang baru. problem ini sudah mendarah daging bahwa setiap tiba saat momentum hal ini yang sering dilakukan, dikalangan masyarakat bawah mulai berdiskusi dengan kegiatan elite politik yang sering berbagi-bagi sembako, santuni anak yatim.

Apakah ini betul-betul para elit politik untuk beramal ? ataukah sudah dekat momentum politik jadi mereka berbagi sembako dan santunan anak yatim untuk mendapatkan simpati dari masyarakat untuk menangkan pemilu 2024.(*)

Komentar

Berita Terkini