Mengais Rejeki Di Persimpangan Jalan
Bau - bau menyengat ciri khas pasar begitu kental terasa. Melakat di rongga-rongga hidung. Jalanan becek apalagi, tak terhitung banyaknya. Disinilah mereka mengais rejeki. Demi menghidupi diri dan keluarga.
Di bawah terik panas matahari yang menyengat, diatas hamparan jalan dan di tengah-tengan aktifitas jalanan, mereka beradu. Rasa kekeluargaan menampik persaingan, asalkan dagangan laku sudahlah cukup, walaupun hanya beberapa lembar rupiah yang didapat.
Salah satu yang berhasil kami temui, wanita paruh baya dengan senyum mengembang kepada setiap penikmat pasar tradisonal sembari berharap, pembeli-pembeli itu tidak sekedar bertanya tetapi juga memutuskan membeli. Nenek Sam (56) namanya, penjual pondak (daun pandan).
Bersama pedagang lain yang menghuni trotoar pasar tradisonal Kota Ternate. Menjajalkan dagangan kepada pembeli. Kepada kami, nenek Sam mengaku sudah melakoni profesi ini sejak lama. Dedikasi pada profesi ini melebihi dedikasi para ASN di ruang-ruang Ber-AC sana.
Pendapatan nenek Sam terbilang fluktuatif. Walaupun tak seberapa mereka tetap semangat menjalani. Satu hal yang pasti, rejeki sudah diatur yang Maha Kuasa. Sebuah pesan moral yang begitu kuat yang tidak ditemui pada sisi profesi berbeda.
"Ini cara Allah SWT memberikan kita rejeki, jadi tetap bersyukur dan selalu semangat" ucap Nenek Sam (17/01).
Nenek Sam juga mengaku bahwa sebelumnya mereka di tempatkan di area pintu masuk Pasar Higienis, namun karena sepi pembeli membuat mereka harus berjualan di tepi jalan. (imha).
[cut]
[cut]