SANANA- Tingginya angka kecelakaan yang terjadi di gunung Lida Mantua membuat Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Sulabesi Barat (HIPMA-SULBAR) menggelar aksi demonstrasi menyuarakan nasib masyarakat Sulabesi yang selama ini selalu dijanjikan oleh Pemda untuk menggusur gunung tersebut.
Hipma-Sulbar menggelar aksi di sejumlah titik, diantaranya Kantor DPRD Kepsul serta Kantor Bupati yang berlokasi di Desa Pohea Kecamatan Sanana Utara, Senin(15/07).
Ketua Umum HIPMA-SULBAR Irwan Fokatea, dalam bobotan orasinya, mengatakan bahwa kecelakaan lalulintas (Lakalantas) yang sering terjadi di Lida Mantua sampai saat ini tidak ada perhatian dari Pemda Sula.
Padahal, lanjut dia persoalan Gunung Lida Mantua seharusnya dibijaki secara serius karena telah menelan korban yang cukup banyak.
"Kami hanya meminta Pemda dalam hal ini Bupati agar segera menepati janjinya untuk menggusur Lida Mantua. Jangan hanya menjadikan masyarakat sebagai komoditi politik," bebernya.
Hal Senada juga disampaikan orator lain, Gajali Fataruba, dirinya sangat kesal atas kinerja pemerintah yang tidak pro tehadap rakyat khususnya rakyat Sulabesi Barat.
Menurutnya, peristiwa kecelakaan seharusnya tidak terjadi jika pemerintah benar-benar serius mengatasi masalah tersebut. Gajali juga mengatakan bahwa peristiwa Laka Lantas sudah terjadi berulang-ulang kali dan bukan sesuatu yang baru
"Anehnya, Pemda terkesan berpura-pura buta. Seharusnya bupati bersama Satuan Koordinasi Perangkat Kerja(SKPD) harus tepati janjinya. Jangan terus-terus melakukan kebohongan kepada masyarakat Sulabesi Barat. Bagaimana tidak lihat saja pembagunan jembatan yang dibuat dari batang kelapa itu adalah hasil swadaya masyarakat Sulabesi Barat" ujarnya
Dirinya juga menegaskan bahwa masyarakat Sulabesi Barat tidak menginginkan jalan Hotmix, tetapi meminta kepada Pemda agar menggusur gunung Lisa Mantua yang sering memakan korban.
Massa aksi kemudian di ijinkan bertemu dengan Bupati, Hendrata Thes di ruang kerjanya yang disampaikan oleh Asistem III, Hi. Jainudin.
Namun, niat bertemu Bupati justru berakhir ricuh. Hal ini karena massa mulai emosi ketika harus menunggu Bupati selama 40 menit diakhiri saling adu jotos antara sejumlah PNS serta ajudan tidak terelakan.
Hal ini bermula ketika massa yang sudah bosan menunggu Bupati merasa tersinggung dan emosi ketika menanyakan keberadaan Bupati kepada Asisten III Setda dan dirinya menjawab bahwa Bupati sedang Makan.
Sontak, jawaban Jaidun memantik amarah massa aksi. Salah satu massa aksi, Muhammad Naipon lantas memukul pintu masuk ruang rapat dan meminta rekannya agar segera keluar. Namun, tak berselang lama Bupati Hendrata langsung keluar dari ruang kerja dan menemui mereka.
Massa yang sudah terlanjur marah langsung marah-marah dan pergi meninggalkan Bupati yang sudah duduk. ”Memangnya se apa talalu, (memangnya kamu siapa) banyak orang mati dijalan tersebut karena kecelakaan, ”ujar Muhammad.
Sementara sejumlah ASN dan ajudan Bupati yang mendengar kericuan tersebut, langsung menerobos masuk ke ruangan dan menyeret keluar massa aksi yang terus meneriaki tuntutan mereka.
Aksi adu mulutpun berubah menjadi adu jotos, beberapa massa aksi bahkan dipukul. Saling tarik-menarik berlangsung dari lantai dua gedung hingga areal parkir.
Beberapa pejabat seperti Kabag Humas dan Protokoler Bassiludin Labesi dan Kabag Umum Zulkifli Umasangadji berusaha melerai Bahkan Sekeratris Bappeda, Ikbal Kamarullah berupaya memukul salah satu massa aksi.
Koordiantor Lapangan (Korlap) Muhammad Naipon, mengaku tersinggung dengan sikap Bupati Hendrata.
Menurutnya, mereka merasa tidak dihargai karena harus menunggu lama di ruangan tersebut. Padahal, lanjut Muhammad, sebelumnya mereka telah berkoordinasi baik dengan Kabag Humas agar bisa hering bersama Bupati.
Hanya saja, saat mereka telah berada di ruangan pertemuaan, mereka justru menunggu lebih dari 40 menit. ”Saat kami menanyakan kepada Assisten III, H. Jaidun, beliau mengatakan Bupati sementara masih makan, tentu kami sangat kesal, ”ujarnya.(KS).