-->
    |

CERPEN | PERJUANGAN BARU DI MULAI


Hari yang ku tunggu tunggu telah tiba, kini waktunya  aku melakukan tes seleksi masuk perguruan tinggi untuk yang kedua kalinya, karna yang pertama kali pada tahun 2018 aku jatuh sakit dan tidak bisa melanjutkan kuliah maka pada tahun ini aku melakukan tes kedua kalinya. Semoga berhasil “doaku dalam hati”.

Siang itu  mentari menjadi saksi atas semangatku, usai tes pada jam 05:00 turunnya hujan begitu deras, aku berada di persimpangan jalan menunggu angkutan umum untuk kembali ke kontrakan tempat dimana aku tinggal. Dengan wajah yang agak sedikit pucat. Mungkin karena aku lagi demam, tapi semangatku tak kalah jauh dari anak laskar pelangi, buku yang di tulis oleh Andrea Hirata, yang menjadi inspirasi bagiku. Dari buku itu, aku banyak belajar tentang kehidupan dalam lingkungan pendidikan dan keluarga.

Sesampainya aku di kamar, dengan legah aku berbaring di tempat tidur sambil berpikir semoga hasilnya memuaskan dan lulus pada jurusan yang aku inginkan (english literature) , sambil berpikir tentang hal itu aku teringat kedua orang tuaku yang sedang menunggu kabar dariku, maka dari itu aku pun menelpon mereka.

“hallo, assalamualaikum,,,  aku lebih dulu mengawali sallam.

“ waallaikumsalam, jawab ibuku dengan nada tak sabar ingin mendengar hasil tesku. 

"Sudah selesai tes?" tanya ibuku penasaran.

“iya, alhamdulillah sudah, do’akan aku ya ibu, semoga aku berhasil” pintaku pada ibuku.

“iya, ibu selalu do’akan yang terbaik buatmu nak, semoga kamu berhasil dengan jurusan yang selama ini kamu idamkan” kata ibuku sambil memberi semangat padaku.

Rasa terharu mendengar kata-kata ibu, tanpa disadari air mataku jatuh membasahi kedua belahan pipiku, sambil tersenyum aku berkata “terimakasih ibu. Sudah dulu yaa, aku butuh istrahat badanku lemas”

“iya, jangan lupa minum obat” kata ibuku.

Dengan semangat aku menjawab Oke sambil mengucapkan salam dan menutup telepon.

Masih terbayang dalam fikiranku dengan kata ibu, mungkin karena kedua kakaku telah menyelesaikan strata1 (S1) mereka, sementara aku baru saja mengikuti tes, maka ibu tak henti-hentinya memberi aku semangat, do’a dan dukungan agar aku tak kalah dari kakak-kakaku.

Keesokan harinya aku mendengar kabar bahwa pada tanggal 29 juli 2019 akan diumumkan hasil tes perguruan tinggi, sekali lagi do’aku dalam hati semoga aku lulus, karena ada orang yang ingin melihat aku sukses yaitu kedua orang tuaku. Pada saat malam tiba aku menelepon bapakku.

“assallamu’allaikum pak, hasil tes akan di umumkan pada tanggal 29, do’akan anak bungsumu” cakapku tergesa-gesa tanpa menunggu bapaku menjawab salam dariku.

“waallaikum sallam, iya nak, semoga berhasil. Jika sudah berhasil belajarlah dengan giat agar nantinya bisa membuat skripsi sendiri seperti abangmu” kata bapakku sambil memotivasiku,.

"iya pak", Insyah Allah jawabku singkat.

Bapak kembali menasehatiku, karena aku orangnya sedikit cengeng maka, ketika mendengar nasehat bapak aku langsung menangis termehek-mehek dan hanya bisa mejawab pertanyaan dari bapak dengan kata iya.

Tak lama kemudian teleponnya terputus dalam hati ku berkata, sinyal di kampungku mungkin sudah hilang lagi, itulah kondisi sinyal di kampungku yang tidak memungkinkan.

Tibalah waktu pengumuman tes, dengan rasa penasaran aku segera membuka LINK UNIVERSITAS, nyatanya belum ada pengumuman tes, “mungkin hasilnya akan keluar pada sore nanti” pikirku dalam hati. Sambil menunggu hasil tes ada seorang temanku mengajakku jalan-jalan melihat pantai di pagi hari.

Sesampainya dipantai, aku pandangi lautan yang begitu luas sambil menghirup udara segar yang sudah setahun tak pernah merasakannya, sungguh hari yang bahagia. aku merasa seperti berada di kampungku sendiri, rasanya aku ingin bermain pasir seperti masa kecil dulu, sayangnya aku malu, sebab aku akan terlihat aneh bila sahabatku melihat sifat kekonyolanku akan muncul “pikirku dalam hati”.

Waktu terus berputar dan kita masih tetap berada di pantai. Angin bertiup begitu kencang membuat seluruh tubuhku hampir beku. Melihat keadaanku yang tak lagi stabil, sahabatku memanggilku pulang. Sesampainya di kontrakan, aku langsung mengganti pakaianku yang lebih tebal dan membungkus dengan selimut, aku sungguh kedinginan, aku butuh istrahat.” Pintaku pada sahabatku, Ira namanya”. Tapi karena ia lagi asik menonton youtube dengan volume suara yang mebuatku terganganggu, akhirnya aku tak bisa beristrahat. Wajah yang tak berdaya memaksaku untuk bangun dan hanya bisa bermain handphone.

Hari sudah sore dan pengumuman tes belum juga ada tanda-tanda. Aku semakin penasaran.

Hpku berbunyi, tak lain dan tak bukan orang yang menelponku adalah bapakku, sebab bapak begitu penasaran dengan hasil tesku.“Assallamu’allakuum, ani sudah ada pengumuman tes?”

Waallaikumsalam pak, belum ada tanda-tanda pengumuman tes sejak pagi tadi pak, mungkin besok”. Pintaku

“oh iya, jangan lupa kalau sudah ada pengumuman tes segera telepon bapak dan ibu ya”. Harap ayahku

“iya pak, lalu dimana ibu? Dan ibuku yang berada di samping bapakku, spontan  langsung menjawab, “iya Ani, bagaimana? Masih sakit?” tanya ibuku begitu perhatian.

“alhamdulillah sudah berkurang bu” jawabku singkat yang sementara itu menyembunyikan rasa dingin yang begitu menggigil karena tidak ingin membuat mereka cemas.

 “alhamdulillah. Iya sudah dulu ya, jangan lupa kalau besok sudah dengar pengumuman tes segera telepon bapak dan ibu.

"Iya ibu", sahutku

 assallamu’allaikum” ibuku menutup telepon

“waallaikumsalam” lirihku dalam hati

Selang waktu beberapa jam sudah pergantian tanggal 30 saatnya mendengar hasil, tapi seperti biasa belum ada tanda-tanda. Aku menunggu dan terus menunggu rasanya tidak sabar, jantungku berdetak begitu cepat, tapi belum ada kepastian jam berapa pengumuman tes akan keluar.
Aku hanya mondar mandir dan  masuk keluar kamar, tiba-tiba salah seorang temanku berteriak dengan lantang memanggil namaku

"Ani hasilnya sudah keluar". Dengan semangat aku langsung mengambil handphoneku dan membuka link universitas tersebut. Setelah ku periksa, dari jurusan per jurusan dan mencari namaku, Alhamdulillah aku lulus. Sayangnya, aku lulus di jurusan lain dan bukan (english literature). Hatiku sedih, air mataku menetes membasahi kedua pipiku, impian dan cita-citaku terhalang lagi oleh cobaan ini, aku memaksa untuk menerima kenyataan ini, tapi rasanya pedih, aku takut jika nanti aku paksakan aku tidak akan serius kuliah, aku menelpon kedua orang tuaku. Tanpa salam aku langsung mengeluh.

“Pak, aku tidak lulus pada jurusan yang aku minat, aku ingin pindah”. Mungkin bapakku juga ikut sedih, pikirkku dalam hati.

“ya sudah, cari saja jurusan yang kamu minat, bapak ini terserah kamu saja, mana yang bagi kamu nyaman dan senang, bapak ikut serta”. Kata ayahku di ujung telpon

Aku terus menangis dan tak bisa berkata-kata lagi, handphoneku  langsung aku matikan tanpa memberi salam terdahulu.
Hatiku begitu hancur impianku selama ini kandas lagi, semakin aku mencoba untuk menerima semakin hatiku hancur, banyak nasehat dan suport dari teman-temanku. Mereka membuatku kuat namun aku masih tidak bisa menerima, selang beberapa jam kemudian salah seorang senior antropologi yang biasa ku sapa dengan nama Kaka’Okher menelponku.

“Assallamu’allaikum Ani, selamat datang calon antropolog muda”. Sapanya

“waallaikumsalam, iya terimakasih Kaka.  Segera wariskan buku” ujarku sambil tertawa.

Mendengar permintaanku, Kaka Okher langsung tertawa lepas, "ah baru saja di telpon langsung minta di wariskan buku, hahahha."

Percakapanku dengaan Kaka Okher yang belum selesai, tiba-tiba bapakku menelpon lagi, aku membuat panggilan gabungan atau biasa di bilang dengan conference call.

"Pak, jika ingin tau lebih banyak tentang antropologi silahkan bertanya pada seorang seniorku, sekarang aku sudah membuat panggilan gabungan." Ucapku pada ayahku.

Mendengar kata-kataku, tanpa pikir bapakku langsung bertanya tentang jurusan tersebut. Banyak pertanyaan yang bapak ajukan, namun semua di jawab dengan bersih oleh Kaka Okher. Tak lama kemudian panggilanku dengan Kaka Okher pun terputus, tapi tidak dengan bapak, banyak hal yang bapak dan aku bicarakan, bapak memberiku semangat hingga hatiku tenang dan ikhlas menerima kenyataan ini. Aku harus semangat, aku harus kuat, banyak orang terdekatku yang ingin melihatku sukses, maka aku harus buktikan.  Tapi bukan berarti aku harus berhenti belajar bahasa inggris. English is the key for the langunge (bahasa inggris adalah kunci dari semua bahasa). (*)

Komentar

Berita Terkini