SANANA-Tidak terima protes warga kepada ayahnya, anak kepala desa (Kades), Julfadli Umasangaji, mengancam membunuh warga dengan sebilah pisau. Pasalnya, Julfadli marasa nama baik ayahnya, M Ali Sangaji tercoreng setelah pemboikotan kantor desa oleh warga dan pemuda yang menuntut adanya transparansi anggaran DD (Dana Desa) dan ADD (Anggaran Dana Desa).
Tindakan tidak terpuji yang di tunjukan oleh Julfadli tersebut lantas membuat Sahrul Ipa bersama saudaranya mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Kepsul untuk membuat laporan, Rabu (06/11).
Sahrul saat di temui sejumlah wartawan membenarkan bahwa ia sudah melaporkan persoalan tersebut ke Polres Kepsul.
"Ia saya sudah membuat laporan atas ancaman pembunuhan dengan senjata tajam", kata Sahrul usai membuat laporan di Polres Kepsul kemarin.
Sementara salah satu anggota Polisi saat dikonfirmasi membenarkan pengaduan tersebut. Dia bilang, pihaknya juga langsung melayangkan surat panggilan kepada terlapor untuk hadir di Polres Kepsul. "Sudah ada pengaduannya dan kita juga sudah panggil, "katanya.
Sahrul menceritakan, insiden tersebut terjadi di Desa Capalulu pada Selasa (5/11). Awalnya, dirinya bersama warga, Camat Mangoli Tengah, Kapolsek Mangoli, Babinkamtibmas dan Babinsa menggelar pertemuan di gedung pertemuan.
Pertemuan itu sendiri membahas pengelolaan DD oleh Kades M. Ali Umsangaji selama 3 tahun terakhir yang dinilai tertutup. Bahkan, kata Sahrul selama menjabat Ali hanya sekali menggelar pertemuan dengan masyarakat pasca terpilih.
"Setelah itu sudah tidak lagi menggelar pertemuan sehingga masyarakat tidak tahu program apa yang dikerjakan dan dipertanggungjawabkan", ujarnya.
Sayangnya, lanjut Sahrul pertemuan itu tidak membuahkan hasil. Sebab, untuk kedua kalinya, Ali menolak hadir dalam rapat dengan warganya sendiri dengan alasan atas perintah Kadis PMD Abdul Fatah Umasangaji.
"Makanya masyarakat ingin tahu program apa saja karena selama ini masyarakat tidak pernah dipanggil dalam rapat untuk membahas program padahal aturannya harus dibahas bersama masyarakat", katanya.
Ketidakhadiran itu lanjut Sahrul, membuat warga marah. Mereka lantas merusak kursi yang mereka bawa dari rumah masing-masing. Tak berselang lama, dia kembali ke rumah namun saat dalam perjalanan pulang, dia berpapasan dengan Julfadli yang saat itu dalam kondisi mabuk berat.
Anak kades tersebut lalu mengambil pisau yang ia simpan di balik pakaiannya. "Dia bilang, Ul (panggilan Sahrul) ini harus saya bunuh dia, sambil dia keluarkan pisau", ujarnya.
Beruntung, saat itu ada warga yang langsung menghadangnya, sementara Sahrul langsung mengamankan diri ke rumahnya. "Jadi saya tidak terima makanya saya lapor dia ke Polres, "pungkasnya(KS)