Hamida Umalekhoa |
Penulis: Hamida Umalekhoa, Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi
2018 adalah tahun perayaan pesta demokrasi secara serentak di berbagai daerah. Opini serta simbol politik sudah nampak berbaris rapi pada dinding sosial media, terutama FaceBook. Facebook yang terkenal sejak 2001 hingga saat ini dengan jumlah pengguna terbanyak termasuk di Indonesia, saat ini menjadi salah satu sosial media yang paling efektif untuk politisi mengumbar janji politik.
Bentuk-bentuk saluran komunikasi sebagaimana yang ditulis Cangara dalam Bukunya Komunikasi Politik tampaknya dipraktekkan semua oleh team masing-masing bakal calon Kepala Daerah dalam kehidupan berpolitik. misalnya Baliho sebagai salah media luar ruangan mulai mewarnai setiap daerah yang bakal menjemput momentum demokrasi. Saluran-saluran komunikasi lain dibentuk dengan rapi, mulai dari saluran komunikasi kelompok hingga saluran komunikasi publik dan sosial.
Diwarung kopi lah semua komunikasi politik itu tersalurkan dengan baik, pegiat kopi semakin banyak, pegiat kreatif anak muda untuk membangun waroeng kopi semakin meningkat.
"Itu sebabnya, warung kopi mulai dibangun dimana-mana dengan fariasi coretan dinding dan lampu hias yang berbeda-beda sesuai dengan hasrat generasi zaman now"
Hamida Umalekhoa
Warung kopi selain menjadi sentral ngumpul anak muda juga telah menjadi sentral diskusi publik dan wacana politik. dengan demikian, setiap orang bahkan kelompok enggan kehilangan satu wacana pun itu sebabnya warung kopi enggan sepi akhir-akhir ini. hal ini bukan saja berkembang di kota kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya. Di tingkat daerah, misalnya Di beberapa Kabupaten Kota Di Provinsi Maluku Utara. Kota Ternate, Tiodore, Sanana kepulauan Sula dan sekitarnya perkembangan Warkop sudah semakin pesat.
Meskipun, tidak melalui Penelitian secara ilmiah terkait dengan perkembangan wacana politik di waroeng kopi namun secara kasat mata dapat saya simpulkan berkisar 60 sampai dengan 70 persen para politisi berhasil mempraktekkan hasil wacana politik dari waroeng kopi di lapangan.
Masih bebas berfoto “salam dua jari” di Waroeng Kopi Terlepas sebagai sentral wacana politik para remaja Zaman Now pun enggan kalah dengan para politisi yang terus menyalurkan wacana politik di warkop. Para politisi saat berkunjung ke warkop mengambil posisi paling tepat, lebih tepatnya yang tersedia colokan listrik dan tentunya posisi juga harus strategis untuk memulai wacana politiknya serta bisa berfoto selfie bareng.
Berbeda dengan dengan para remaja, saat berkunjung ke warkop mencari posisi paling tepat. tentunya ketersediaan colokan listrik, coretan dinding yang unik dan menarik untuk melengkapi latar selfie. Salam dua jari dalam selfie masih menjadi salah satu gaya yang dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Namun, memasuki tahun politik salam dua jari dalam selfie akan menjadi komunikasi simbolik dalam politik, setelah masing-masing calon kandidat telah memiliki nomer urut.
Namun selfie salam dua jari saat ini belum dapat dikategorikan dalam simbol politik sebab proses pilkada belum sampai pada tahap nomor urut, artinya masih bebas berfoto selfie dengan salam dua jari, termasuk di dalam waroeng kopi.
(Hamida Umalekhoa)