Oleh: Amrin Teapon
Hari ini aku meracau, bahkan kerap membawa pilu di atas permukaan air laut juga pepohonan yang tak lagi gersang.
Mata, telinga, kaki, tangan, serta seluruh tubuh menjelma menjadi kafah.
Takjub mendengar biduan pada paras yang hampir tak redup, rasanya senyap jika lirik tak lagi loyal, jika bahana tak lagi mekar. Maka sudah tentu akan marjinal.
Tempat yang biasanya berpijak, pinta yang selalu terucap, kini hampir saja jenat dan lenyap.
Terlalu banyak kicauan atas nama sabda alam, hingga ada yang merasa enggan bersahaja dengan lantunan salam, sampai lupa tentang malam pada tempat yang malang.
Jangan lagi mendusta, sebab alam kita pasti merona!