-->
    |


Hamidah Umalekhoa Raih Gelar Magister Ilmu Komunikasi


JAKARTA,-Universitas Jayabaya Jakarta Hari  ini menggelar Wisuda tingkat Strata II yang berlangsung di Gedung JCC (Jakarta Convention Center), Kamis (15/11/18).

Salah satu yang diwisuda hari ini adalah pendiri Pemberdayaan Perempuan Pesisir dan juga Mantan Ketum Kohati HMI Cabang Ternate, Hamida Umalekhoa dengan gelar Magister Ilmu Komunikasi (M.I.KOM)

Tokoh perempuan Sula yang lahir dari latar belakang aktivis HMI Cabang Ternate ini mampu menyelesaikan pendidikan Strata 2 Magister Ilmu Komunikasi dalan tempo 2 Tahun di Universitas Jayabaya Jakarta.

Topik yang diangkat dalam tesis perempuan muda ini mampu menjawab problematika dan partisipasi poltik yang selama ini tidak menyentuh angka 30% yakni "Komunikasi Politik dan Pastisipasi Politik Perempuan ( Studi interpretatif pada Caleg perempuan Tahun 2014).

Mantan Ketua Umum KOHATI HMI Cabang Ternate di Tahun 2013 sekaligus Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) di Bidang Perguruan Tinggi dan Kepemudaan (PTKP) saat ini berkonsentrasi pada memperjuangkan hak perempuan khusunya di Maluku Utara

Lewat Lembaga Pemberdayaan Perempuan pesisir Maluku Utara Hamida Umalekhoa memiliki prospek kedepan dengan merangkul perempuan-perempuan malut untuk  berinovasi dengan sumber daya alam yang kiranya sangat mapan baik di laut maupun di darat.

Selain Pemberdayaan Perempuan Pesisir, perempuan muda yang disapa Mida ini juga mengagas forum perempuan Sula yang kemudian di revisi namanya menjadi Etasua Institut dalam rangka merangkul seluruh perempuan sula yang ada di perantauan untuk terus meningkatkan kapasitas secara personal.

Menurutnya Etasua merupakan salah satu identitas lokal yg dilekatkan ke perempuan sula. Nama Etasua dipakai sebagai salah brand di lembaga yang kedepan nanti disiapin adminnya untuk kita perempuan sula dapat mempertahankan identitas lokal yang kita punya, ujarnya.

"Harapannya untuk perempuan Sula Khususnya dan perempuan maluku utara  pada umumnya," perempuan harus harus berprinsip, kita tidak menjadikan kelemahan konteksual sebagai suatu keterbatasan untuk kita maju beberapa langkah kedepan dalam rangka menyamakan persepsi kita tentang sebuah perubahan yang diharapkan oleh masyarakat"

Prinsip itu adalah langkah awal untuk  perempuan mengambil posisi strategis di ruang publik, kemudian terus meningkatkan  kemampuannya dalam membaca problem sosial baik yang berkaitan dengan isu perempuan maupun isu sosial lainnya. Karena itu juga sebagai referensi untuk dikembangkan dalam mengkaji isu perempuan serta isu kemasyarakatan lainnya. Lanjutnya

Hamida menegaskan bahwa "saya ingin tegaskan bahwaa pada hakikatnya kita (perempuan) dan laki2 tetap berbeda secara kodrati tetapi bukan berarti kita tidak sama dalam menentukan masa depan kita, apapun dan bagaimanapun caranya utk kita dapatkan apa yang telah kita cita2kan itulah yang harus dipertahankan asalkan kita tetap mampu menjaga sikap sebagai seorang perempuan karena adanya sifat keibuan yang dilekatkan ke kita secara kodrati. Tutupnya.(Ks)
Komentar

Berita Terkini