-->
    |


Tiga Anak Muda Sula Berbagi Pengalaman Pendidikan Kepada Sejumlah Siswa


SANANA- Gravity Berbagi, berhasil merangkul sejumlah pelajar SMA maupun mahasiswa yang ada di Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul), Minggu (22/9). Kegiatan ini, menghadirkan tiga anak muda hebat yang menceritakan kisahnya selama proses pendidikan di bangku kuliah. Mereka ialah Fitri A. Fokatea, Karman Samuda dan Astrianty Nugraha Arfan.

Berbagi cerita atau berbagi pengalaman yang berlangsung di Block Gravity, Desa Fagudu, Kecamatan Sanana ini bertujuan untuk memberikan semangat kepada generasi Sula agar lebih berpikir positif demi mengejar cita-cita.

Selain itu, mereka bertiga juga tidak ketinggalan berbagi pesan dan kesan kepada pelajar tentang proses mereka menempuh pendidikan hingga berhasil meraih gelar dari kampus-kampus ternama di Indonesia maupun kampus di luar negeri.

Ketiga inspirator ini terlahir dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Sebut saja Karman Samuda, lelaki yang biasa disapa dengan Nance ini adalah anak petani yang tinggal di salah satu desa kecil di Kepsul, yakni Desa Wailoba, Kecamatan Mangoli Tengah.

Walaupun sebagai anak petani, tetapi atas dasar semangat dan dukungan orang-orang di sekitarnya, dia berhasil meraih sarjana dan pernah menjabat sebagai Presiden Badan Ekesekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kieraha Ternate.

Sementara, Astrianty Nugraha Arfan salah satu anak muda Kepsul yang berhasil meraih gelar magister di The Australian National University ini mengatakan, untuk mengejar sesuatu, jangan mudah menyerah. Orang yang tidak mudah menyerah, tentu kedepan akan mendapatkan hasil yang cukup luar biasa.

“Saya pernah gagal sebanyak tiga kali. Tapi dengan kegagalan itu bukan berarti membuat saya menyerah. Tapi justru membuat saya lebih bergiat lagi dalam mengejar apa yang saya inginkan. Teman-teman harus percaya, selagi ada usaha, pasti ada jalan keluarnya,” kata Astrianty di depan peserta.

Beda halnya dengan Karman Samuda. Bagi dia, sejak pertama kali dia memutuskan untuk kuliah, keluarga maupun orang di sekitarnya sangat tidak yakin bahwa dia bisa kuliah. Sebab, latar belakang saat  SMA, dirinya ialah salah satu siswa yang luar biasa nakal. Dengan kenakalan itulah hingga keluarga tidak mengizinkannya menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi.

“Tapi, saya bisa membuktikan ke keluarga maupun orang-orang bahwa saya bisa berhasil menyelesaikan sekolah sama seperti anak-anak lainnya. Di saat semua orang tak percaya saya tidak bisa kuliah, justru sebaliknya dengan pacar saya. Pacar saya yang kemudian menjadi dorongan utama hingga saya bisa kuliah dan berhasil menjadi Presiden BEM STKIP Kieraha Ternate,” kata Karman.

Semementara, Fitri A. Fokatea yang juga Alumni Magister Universitas Gajah Mada (UGM) ini juga tak ketinggalan berbagi pengalamannya. Anak tertua dari tiga orang bersaudara ini lebih fokus perihal kemandirian. Bagi dia, tidak mudah bagi seorang anak perempuan hidup jauh dengan keluarganya. Tetapi, dengan tekad dan niat yang sudah ia tanamkan sejak awal, dia mampu melewati segala kerumitan selama berada di di Pulau Jawa.

Kata dia, setiap langkah dan usaha yang dia lakukan, tidak terlepas dari doa yang diucapkan setiap saat. Apalagi, pada saat dia pertama kali menjadi mahasiswa di Yogyakarta pada 2009 lalu, belum banyak anak-anak Sula yang kuliah di sana.

“Makanya, setiap apa yang saya lakukan harus dengan diri sendiri. Kami memang dididik agar benar-benar mandiri. Memang cukup sulit seorang anak perempuan yang hidup jauh dari orang tua, tapi saya sudah punya niat dan tekad dari awal. Ditambah lagi dengan dukungan dari keluarga dan orang-orang di sekitar yang membuat saya tetap kuat dan berhasil menyelesaikan sekolah,” kata Fitri.

Terpisah, Koordinator Gravity, Irawan Duwila menambahkan, kegiatan ini adalah langkah awal dan masih ada kegiatan-kegiatan berikut. Irawan sendiri  menyebutnya dengan volume I.

"Masih ada volume yang kedua dan seterusnya. Pada prinsipnya untuk melakukan apa yang bisa di lakukan demi daerah ini." Ungkapnya

Jadi, lanjut alumni magister Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makasar, Sulawesi Selatan ini, kegiatan ini hanya bentuk kepedulian dia bersama dengan beberapa orang teman untuk melakukan hal baik di negeri yang mereka yang cintai.

“Jika memang kita tidak bisa melakukan hal besar, setidaknya kita mau melakukan hal kecil yang memiliki sisi positifnya. Kami akan terus mencari konsep dan gagasan cemerlang agar kegiatan seperti ini terus berlangsung di Sula,” kata Irawan.(KS)
Komentar

Berita Terkini