-->
    |

Sejumlah Proyek Ditemukan Bermasalah, HMI Cabang Sanana Gelar Unjuk Rasa


SANANA, -Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul) melakukan unjuk rasa terkait dengan temuan sejumlah proyek bermasalah di Kepsul. Unjuk rasa yang di pimpin langsung oleh Ketua Cabang HMI Sanana, Usman Buamona, diawali dari depan pertokoan hingga Desa Pohea Kecamatan Sanana Utara, Sabtu (27/06).

Ketua Cabang HMI, Usman Buamona, mengatakan berdasarkan Sidang Paripurna DPRD Kepsul 5 Juni 2020 lalu, Pansus LKPJ telah menemukan sejumlah proyek bermasalah di Kepsul.

Proyek tersebut antara lain, proyek pembangunan kawasan pendukung swering Sanana yang berlokasi di Desa Mangon senilai Rp 1,4 Milyar, pembangunan saluran Drainase di lokasi reklamasi pasar Fogi senilai Rp 1,4 milyar, pembangunan air bersih senilai Rp 2,4 milyar di lokasi Kantor Bupati, pengembangan jaringan perpipaan di Desa Fukweu dan Wainin senilai Rp 700 juta dan pembangunan air bersih di Desa Kawata senilai Rp 600 juta.

Dimana Kata Usman, proyek tersebut hanya dikerjakan oleh tiga perusahaan, yakni CV Permata Hijau, CV Permata Bersama dan CV Bumi Permata.

Salah satu orator, Lutfi Teapon dalam orasinya menyampaikan ternyata selama ini orang dekat Bupati yang telah mengakopasi sejumlah proyek yang berada di Kepsul. Buktinya, Jembatan Air Bugis dikerjakan oleh CV Kristi Jaya Abadi pada tahun anggaran 2017 senilai Rp. 4.242.513.055 dengan kontraktor atas nama Ridwan Hongarta. Belum lagi, pembangunan masjid An'nur Desa Pohea seperti diketahui sudah menghabiskan anggaran kurang lebih Rp 4 miliar sejak Tahun 2015.

Hasil dari Rp 4 miliar, lanjutnya, justru tidak sebanding dengan yang harapankan dimana, atap bocor saat musim hujan dan lantai dua tidak kokoh alias sering goyah. Rincian anggaran pembangunan masjid sendiri yaitu, pada Tahun 2015 sebesar 500 juta, Tahun 2016 sebesar 500 juta dan, Tahun 2017 sebesar 1 Milyar lebih serta pada tahun 2018 sebesar 2 Milyar. Sementara kontraktor diantaranya, Sambi, Ridwan Hongarta (Ko Cuan) Om Obi.

"Mereka ini adalah keluarga dari Bupati Hendrata Thes dan proyek yang mereka kerjakan hingga saat ini masih belum kelar. Kami meminta kepada Polda Maluku Utara agar segera tetapkan orang-orang yang terlibat dalam proyek itu sebagai tersang. Sebab, kami menduga telah terjadi tindakan korupsi di sejumlah proyek tersebut," tegas Lutfi.

Hal senada juga disampaikan Marina Buabes, dimana di bawah kepemimpinan Hendrata Thes, sejumlah rumah ibadah di Kabupaten Kepulauan Sula terbengkalai seperti Mesjid  Desa Pohea, dan Mesjid Desa Fukweu. Padahal, pembagunan masjid diketahui sudah di kerjakan beberapa tahun lalu dan hingga kini belum juga rampung. Mesjid Desa Fukweu pada tahap tiga kurang lebih senilai 200 juta tapi sampai saat ini masyarakat Desa Fukweu belum bisa menggunakannya.

" Aneh ya, di masa Bupati Hendrata Thes terdapat sebagian besar pembangunan bermasalah buktinya rumah Ibadah Umat Muslim," terangnya. (KS).
Komentar

Berita Terkini