Oleh : Jaidi Abdul Ghani
Ketua Umum Formapas Malut Sejabodetabeka-Banten
Segenap masyarakat Maluku Utara akan melaksanakan pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) serentak di 6 Kabupaten dan dua Kota Madya. Tentu, kita mengenal pemilu sebagai hajatan nasional terbesar dan menjadi bagian dari proses demokratisasi terpenting bagi masyarakat Indonesia terkhusus masyarakat Maluku Utara.
Setiap warga negara harus menggunakan hak pilihnya dan menunjukkan kepedulian dalam menentukan arah perjalanan 8 Kabupaten/Kota lima tahun yang akan datang.
Olehnya itu, setiap warga negara wajib mengambil peran dengan cara berpartisipasi secara aktif dengan mendatangi tempat-tempat pemungutan suara untuk memilih pemimpin yang amanah. Sesuai pilihan dan penilaian peserta pemilu itu sendiri.
Tidak dapat di pungkiri bahwa, proses demokratisasi selalu punya keterkaitan dan terpengaruh dengan gaya kepemimpinan.
Beberapa Calon kepala daerah dari 6 Kabupaten dan dua Kota Madya masing-masing memiliki track record yang mencerminkan dirinya sebagai politisi sekaligus pemimpin yang menggambarkan orentasi kepemimpinan di masa depan.
Kepala-Kepala daerah ke depan, idealnya mengacu pada beberapa hal. Pertama, merupakan sosok pemimpin transformatif. Artinya selain memiliki kapabilitas dan kapasitas sebagai pemimpin dia juga mampu memberi harapan kepada masyarakat untuk mendorong terjadinya perubahan-perubahan sistemik yang bukan semata di level wacana melainkan juga pada kerja nyata.
Kedua, tidak terbebani oleh dosa-dosa politik masa lalu dan kekinian yang nantinya berakibat pada jeretan hukum yang kemudian berdampak pada ketidak stabilan pembangunan.
Kiprah politik saat ini tidak hanya diukur dari kuantitas melainkan juga kualitas kerjanya. Saat ini, kita butuh revitalisasi gerakan sadar politik masyarakat untuk menghidupkan kembali semangat pencerahan yang belakangan tertutupi pekatnya politik transaksional.
Oleh karena itu sudah mestinya kita mengubah makna kepemimpinan, bukan lagi sebagai kekuasaan tetapi kepemimpinan adalah pelayanan. Sebab, pemimpin pada hakikatnya adalah melayani masyarakat. Melayani rakyatnya untuk memecahkan berbagai persoalan hidup dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dalam berbagai kebijakan untuk kesejahteraan rakyat.
Dalam pelaksanaan kepemimpinan Rasulullah sangat dekat dengan orang-orang yang dipimpinnya. Penyebutan "sahabat" menunjukkan kedekatan pemimpin dengan yang dipimpin. Ini pula yang menyebabkan terbentuk ikatan emosional yang kuat dan rasa saling percaya yang tinggi.
Dari yang dicontohkan Rasulullah SAW, minimal empat hal yang harus ada dan melekat pada diri seorang pemimpin atau calon pemimpin yaitu, Siddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah.
Siddiq, seorang pemimpin harus benar dan berpihak pada kebenaran, kejujuran, keadilan, bukan sebaliknya sebagai pembohong, pengubar janji yang tak tahu ujung kepastiannya.
Amanah, dapat di yakini yang diembannya betul-betul dapat di laksanakan dengan baik. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kepemimpinannya. Pemimpin yang dapat dipercaya, bukan sebaliknya sebagai pengkhianat rakyat yang telah memilihnya. Lain di mulut lain pula di hati.
Tabligh, menyampaikan segala sesuatu yang telah diamanahkan kepadanya. Amanah rakyat yang telah memandatkan kepadanya, apa, siapa, kenapa, dan bagaimana menyampaikannya. Pemimpin sebagai penyambung harus menyampaikan dengan benar dan baik walaupun berat. Sampaikan kebenaran itu olehmu walaupun pahit.
Fathonah, cerdas, pintar, berwawasan maju punya motivasi yang tinggi, selalu berinovasi untuk kemajuan, punya pemikiran yang cemerlang, bagaimana memajuhkan rakyat, menyejahterakan rakyat atau masyarakat yang dipimpinnya.
Dengan demikian, saya mengajak seluruh masyarakat maluku utara terkhususnya enam kabupaten dan dua kota Madiya bahwa mari bersama untuk mensukseskan hajatan pesta demokrasi yang berkualitas dan bermartabat menujuh maluku utara yang berperadaban dan berbudi pekerti dalam melahirkan pemimpin yang amanah.