-->
    |


November Gelap di Tabahawa


Oleh : M. Subhan Djafar

Kesetiakawanan memang hal yang agak sulit untuk dinafasi oleh orng-orang yang bermental stengah jadi. Meski ikrar kesetikawanan itu diucapkan dan dibangun disetiap obrolan, rapat, maupun ceromoni sakral. Padahal, kunci organize dalam pencapaian cita-cita kelompok itu ujungnya di kesetiakawanan, barulah menyusul komitmen sebagai batangnya, pengertian, sabar, tawakkal, ketulusan, sebagai akarnya baru kemudian buah cita-cita yang manis itu dapat dipetik bersama. 

Menggali malam, kita hanya akan terus terendus dengan cercaan dan evaluasi tanpa henti terhadap diri sendiri (muhasabah) memukul, templeng, tendang dan menyayat kekhilafab yg telah lalu untuk tidak dilakukan lagi. Namun apa daya, kita ini sedang 'Berproses', belajar secara terus menerus. 

Namun, dalam belajar tentu ada langkah maju yang kita gapai; memahami, mengerti kemudian dapat kita nafasi sebagai eksistensi perjuangan yang harus dirontaki bersama.

Gapaian pengetahuan dari hasil belajar itu paling tidak harus berhasil menyulut kesadaran fikir dan jiwa kita bahwa kita tidak boleh 'Merugi' dengan melakukan kekhilafan (kesalhan, kekeliruan) secara sengaja dan Berulang. Itu kebodohan nyata yang harus dilawan. 

Kesetiakawanan kita terbangun untuk merajut kebersamaan dalam kemedekaan, menjemput kebaikan, kebenaran, dan keindahan yang akan terus diperjuangkan secara terus menerus (kontinue) dengan kesadaran penuh. Semata-mata demi mencapai Ridha-Nya.. Demi Ibadah kehmian Kita (Iman Ilmu Amal) 

Bersyukur dan Ikhlas, Yakin Usaha Sampai Mati! 

Komentar

Berita Terkini