-->
    |

Takdir Senja Di Bumi Sula Besi


Oleh: Ajid tidore

Langit membakar tepi pepohonan
kegunungan disaat senja mengelabuhi
pandangan mata, dan kegilaan cahaya
meramba bumi Sula Besi menyusun versi
dari hakikat janji siang yang terang akan
berganti petang yang menunggu gelap.

Seiring aku kembali terjebak dalam
suasana hati yang genting melihat gejolak rasa diantara kehadiran senja yang menghiasi sore. Mengabarkan kerapatan baiknya baris-baris awan seakan ada kabar gembira turut bicara bahwa dunia baru hanyalah denganmu.

Terlukis indah rasa percaya kian menjulang utuh diufuk barat mengingat hakikat terpanpan erat oleh hasrat.

Andai Dia dan kabar tentangnya adalah segala dari jawaban hidup yang aku telusuri begitu kekal, tidaklah gunanya memapar segala kejadian dari kehadiran atas kembali jiwa yang aktif menghantui fitrah dan ikut mencairkan ingatan yang
membangkitkan ikatan takdir untuk cinta,
jika kita tidak meninggalkan secercah rasa. Logikaku semakin tak terbendung
untuk menyatukan ekspresi cinta ini.

Duhai Dikau jangan hadirmu, bayangmu
selalu membuat gaduh hatiku jangankan
bertemu berbahasa sendu denganmu
Aku aku tak tau, betapa dasyatnya pencapaian Gandhi dalam adigiumnya " Bukankah Pantang Kekerasan Bila Kita Hanya Mencintai Orang Yang Mencintai Diri Kita "

Aku dalam puncak-puncak Ilusi meramu
kata menjadi kalimat menjelajah riuknya
gelora rasa yang tiada batas demi tunduk
dalam separuh hatimu, aku berkeping
menyelami keras beban rindu Yang
tumbuh dalam hatiku.

Bagai sang senja, dengan rela mengorbankan keberkahanya lewat rasa kepercayaanku untuk menjamin ikatan kasih padanya, disetiap renguk jiwaku yang sedang kehausan dalam asmara ....
Komentar

Berita Terkini